Minggu, 03 Januari 2010

VARIABEL PENELITIAN PENDIDIKAN

1. Pengertian Variabel Penelitian
Menurut Sugiyono (1998), Variabel merupakan segala sesuatu yang dapat diberi berbagai macam nilai. Variabel yang dimaksudkan merupakan penghubung antara contruct yang abstract dengan fenomena yang nyata. Variabel merupakan proxy atau representasi dari construct yang dapat diukur dengan berbagai macam nilai. Nilai variabel tergantung pada construct yang diwakilinya. Nilai variabel dapat berupa angka atau atribut yang menggunakan ukuran atau skala dalam suatu kisaran nilai.
Variabel penelitian pada dasarnya adalah sesuatu hal yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Secara teoritis, variable didefinisikan sebagai atribut seseorang, atau subyek yang mepunyai “variasi” antara satu orang dengan orang yang lain atau satu obyek dengan obyek yang lain (Hatch dan Farhady, 1981). Jadi dinamakan variable karena ada variasinya (masing-masing dapat berbeda). Contoh: tinggi badan, berat badan, motivasi, sikap, perilaku, kualitas, harga, promosi, dan lain-lain. Jadi variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari atau ditarik kesimpulannya.





2. Macam-macam variabel:
Variabel merupakan unsure yang terpenting di dalam penelitian. Variabel inilah sebagai perwujudan simbolik dari subjek dan objek yang akan diteliti. Berikut adalah macam-macam variable dalam penelitian :
1. Variabel Independen (Pengaruh, Bebas, Stimulus, Prediktor)
Merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

2. Variabel Dependen (Dipengaruhi, Terikat, Output, Kriteria, Konsekuen)
Merupakan variabel yang dipengaruhi atau akibat, karena adanya variabel bebas.
Contoh: Pengaruh Iklan Terhadap Motivasi Pembelian.
Iklan = Variabel Independen
Motivasi Pembelian = Variabel Dependen.

3. Variabel Moderator
Merupakan variabel yang mepengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. Variabel ini sering disebut sebagai variabel independen kedua.
Contoh: Anak adalah variabel yang memperkuat hubungan suami isteri
Pihak ketiga adalah variabel yang memperlemah hubungan suami isteri.




4. Variabel Intervening (Antara)
Merupakan variabel yang menghubungkan antara variabel independen dengan variabel dependen yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan namun tidak dapat diamati atau diukur.
Contoh: Hubungan antara Kualitas Pelayanan (Independent) dengan Kepuasan Konsumen (Intervening) dan Loyalitas (Dependen).
5. Variabel Kontrol
Merupakan variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti.
Contoh: Apakah ada perbedaan antara tenaga penjual (sales force) yang lulus D3 dan S1 maka harus ditetapkan variable control berupa gaji yang sama, peralatan yang sama, iklim kerja yang sama, dan lain-lain. Tanpa adanya variabel kontrol maka sulit ditemukan apakah perbedaan penampilan karyawan karena faktor pendidikan.
==============================================








Tambahan : Tinjauan variabel dari berbagai segi
Variabel dilihat dari Skala Nilainya
Variabel kontinu yaitu variabel yang memiliki kumpulan nilai yang teratur dalam kisaran tertentu. Misal Tinggi-sedang, satu sampai dengan 7
Variabel Kategoris yaitu variabel yang memiliki nilai berdasarkan kaegori tertentu (skala nominal) Contoh: Sikap:Baik-buruk,


Dilihat Dari Perlakuannya
Variabel aktif yaitu variabel-variabel yang dimanipulasi untuk keperluan penelitian eksperimen.
Variabel atribut yaitu variabel yang tidak dapat dimanipulasi untuk keperluan riset, contoh: Intelegensi, sikap,jenis kelamin dsb.












3. Identifikasi Variabel Penelitian
Seperti yang telah diuraikan diatas, bahwa macam variable penelitian berdasakan pada subjek dan objek yang dikaji terbagi atas :
a. Variabel Tergantung: Prokrastinasi Akademik
b. Variabel Bebas: meliputi : (1) kontrol Diri, (2) persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua, (3) persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis orangtua dan (4) persepsi remaja terhadap penerapan disiplin
permisif orangtua. Definisi operasional variabel penelitian meliputi :
1. Prokrastinasi akademik, adalah kecenderungan individu dalam merespon tugas sekolah yang dihadapi dengan mengulur-ulur waktu untuk memulai maupun menyelesaikan kinerja secara sengaja untuk melakukan aktivitas lain yang tidak dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas, dengan mengacu teori prokrastinasi akademik dari Solomon dan Rothblum (1984). Adapun indikatornya adalah; (1) adanya penundaan dalam memulai menyelesaikan kinerja dalam menghadapi tugas, (2) adanya kelambanan dalam mengerjakan tugas, (3) adanya kesenjangan waktu antara rencana dengan kinerja aktual dalam mengerjakan tugas, (4) adanya kecenderungan untuk melakukan aktivitas lain yang dipandang lebih mendatangkan hiburan dan kesenangan. Tingkat prokrastinasi akademik dilihat dari besarnya skor yang diperoleh dari skala prokrastinasi akademik pada remaja. Semakin tinggi skor total yang diperoleh, semakin tinggi pula kecenderungan prokrastinasi akademiknya. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh, menunjukkan semakin rendah pula kecenderungan untuk melakukan prokrastinasi akademik.

2. Kontrol Diri diartikan sebagai kemampuan untuk menyusun, membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku yang dapat membawa ke arah konsekuensi positif. Kemampuan mengontrol diri pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan skala kemampuan mengontrol diri berdasarkan Averill (dalam Herlina Siwi, 2000). Semakin tinggi skor yang diperoleh subyek, semakin tinggi kemampuan mengontrol dirinya. Sebaliknya semakin rendah skor yang diperoleh subyek, semakin rendah pula kemampuan mengontrol dirinya. 3. Persepsi remaja terhadap penerapan disiplin orangtua, yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengorganisasian, interpretasi, dan evaluasi mengenai disiplin yang diterapkan oleh orang tua, berdasarkan pedoman tertib pada pelaksanaan tata tertib menurut Djaka (dalam Pudjono, 1986) Pedoman tertib pada pelaksanaan tata tertib keluarga tersebut adalah:
(a) Disiplin dalam hubungannya dengan waktu, misalnya yang berhubungan dengan masalah belajar, tidur, makan, bermain, bepergian, kegiatan sehari-hari lainnya.
(b) Disiplin yang yang ada hubungannya dengan tempat, misalnya yang berhubungan dengan masalah belajar, makan, tidur, meletakkan benda-benda pada tempatnya, dan bermain.

(c) Disiplin yang ada hubungannya dengan kesusilaan, norma-norma masyarakat dan agama, misalnya yang berhubungan dengan masalah pakaian atau cara berpakaian, orang tua, saudara, teman-temannya dan orang lain, cara berbicara dan perbuatan lainnya, cara makan, meninggalkan rumah, pekerjaan dan kebiasaan sehari-hari, dan ibadah. Ada tiga skor yang diperoleh pada persepsi remaja terhadap penerapan disiplin yang diterapkan oleh orangtua, yaitu persepsi remaja terhadap penerapan disiplin otoriter orangtua, persepsi remaja terhadap penerapan disiplin demokratis dan persepsi remaja terhadap penerapan disiplin permisif orangtua

4. Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel merupakan tahap awal dari kegiatan pengukuran dalam penelitian. Tujuan pengukuran variabel ini baru pada tahap menjawab pertanyaan "bagaimana cara untuk mengukur variabel tersebut"? Selanjutnya muncul pertanyaan lanjutan; "apa yang diukur" atau "bagaimana cara merubah konsep, dan "apa alat ukurnya".
Mengukur adalah sebuah proses kuantifikasi, karena itu setiap kegiatan pengukuran berkaitan dengan jumlah, dimensi atau taraf dari sesuatu obyek/gejala yang diukur. Hasil dari pengukuran itu biasanya dilambangkan dalam bentuk bilangan. Prosedur pengukuran variabel dimulai dari pembuatan definisi operasional konsep variabel. Kerlinger mengungkapkan, bahwa definisi operasional itu melekatkan arti pada suatu konsep variabel dengan cara menetapkan kegiatan-kegiatan atau tindakan-tindakan yang perlu untuk mengukur suatu konsep variabel itu. Atau dengan ungkapan lain, definisi operasional merupakan spesifikasi kegiatan peneliti dalam mengukur suatu variabel atau memanipulasaikannya. Suatu contoh definisi operasional yang sederhana (kasar) dari konsep ‘inteligensi’ adalah skor yan dicapai pada tes intelegensi X.

Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah penentuan construct sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Menjelaskan cara tertentu yang digunakan untuk mengopersionalkan construct sehingga memungkinkan bagi peneliti lain untuk melakukan replikasi pengukuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran cosntruct yang lebih baik.

5. Pengertian Indikator
Menurut Wilson (1993), indikator adalah ukuran yang tidak langsung yang didapatkan dari kejadian atau dari kondisi di dalam penelitian. Green (1992) menambahkan memberikan pengertian yang lebih operasional terhadap suatu indikator, dimana indikator adalah variabel yang mengindikasikan atau yang memberi petunjuk suatu keadaan sehingga dapat digunakan untuk mengukur suatu peristiwa atau suatu perubahan.
Pentingnya indikator diantaranya di dalam konteks masalah yang dihadapi atau yang diteliti adalah memungkinkan dimana posisi kita di dalam meneliti. Di dalam hal perencanaan , dengan indikator variabel ini kita dapat mengetahui apa yang akan kita teliti atau arah penelitian yang mana akan kita ambil. Dalam proses input data, data apa saja yang dapat kita ambil dan kita perlukan untuk menunjang penelitian ini. Tujuan yang hendak yang akan dicapai dengan mengetahui manfaatnyapun juga tidak terlepas dari indikator penelitian ini.
Beriikut adalah pentingnya rumusan indicator dalam rangkaian penelitian serta penduan langkah mengenai perumusan indicator penelitian ini.




DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto, Prof.DR., Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Lexy J. Moleleing, Dr. M.A., Metodotologi Penelelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997
Soewarno, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisis Data, Penerbit NOVA, Bandung, 1995
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: P.T. Radjagrafindo Persada.
Sugiyono (2008), Metode Penelitian Pendidikan suatu Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Penerbit Tarsito , bandung, 2008.

TEORI HUBUNGAN DALAM PENELITIAN PENDIDIKAN

Pengertian Teori
Menurut Sumadi Suryabrata (1990), Setelah merumuskan masalah, maka langkah berikutnya adalah mencari teori-teori, konsep-konsep dan generalisasi hasil penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan teoritis untuk pelaksanaan penelitian. Landasan teori ini perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Adanya landasan teori ini merupakan cirri bahwa penelitian ini merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data.
Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variable, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena. Mark (1963) membedakan adanya 3 macam teori, dan ketiga teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris. Dengan demikian dapat dibedakan antara lain :
1. Teori yang deduktif, member keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu kea rah data akan diterangkan.
2. Teori yang induktif, adalah cara menerangkan dari data kea rah teori. Dalam bentuk spekulatif titikpandang yang posivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist
3. Teori yang fungsional, disini tampak suatu interaksi pengaruh antara data dan perkiraan teoritis, yaitu data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.
Berdasarkan tiga pandangan ini dapatlah disimpulkan bahwa teori dapat dipandang sebagai berikut :
1. Teori menunjukkan pada sekelompok hokum yang tersusun secara logis. Hukum-hukum ini biasanya sifat hubungan yang deduktif. Suatu hokum menunjukkan suatu hubungan antara variable-variabel empiris yang bersifat ajeg dan dapat diramalkan sebelumnya.
2. Suatu teori juga dapat merupakan suatu rangkuman tertulis mengani suatu kelompok hukum yang diperoleh secara empiris dalam suatu bidang tertentu. Disini orang mulai dari data yang diperoleh dan dari data yang diperoleh itu dating suatu konsep yang teoritis (induktif)
3. Suatu teori juga dapat memnunjuk pada suatu cara menerangkan yang menggeneralisasi. Disini biasanya terdapat hubungan yang fungsinal antara data dan pendapat yang teoritis.

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, teori adalah konseptualisasi yang umum. Konseptualisasi atau system pengertian ini diperoleh melalui, jalan yang sistematis. Suatu teori dapat diuji kebenaranya, bila tidak dia bukan teori.
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proporsi yang disusun secara sistematis. Secara umum teori mempunyai tiga fungsi, yaitu untuk menjelaskan, meramalkan, dan pengendalian. Menurut Hoy dan Miskel (2001) mengemukakan bahwa : 1/ teori itu berkenaan dengan konsep, asumsi, dan generalisasi yang logis. 2/ berfungsi untuk mengungkapkan, menjelaskan dan memprediksi perilaku yang memiliki keteraturan, 3/ sebagai stimulant dan panduan untuk mengembangkan pengetahuan.
Selanjutnya Hoy dan Miskel (2001) mengemukakan bahwa komponen teori itu meliputi konsep dan asumsi. Konsep merupakan istilah yang bersifat abstrak dan bermakna generalisasi. Contoh konsep dalam administrasi adalah leadership (kepemimpinan), satisfaction (kepuasan), dan informal organization. Sedangkan asumsi merupakan pernyataan diterima kebenarannya tanpa pembuktian. Berikut ini diberikan contoh asumsi dalam bidang administrasi pendidikan:
a. Adminstrasi merupakan generalisasi tentang perilaku semua manusia dalm organiasasi
b. Adminstrasi merupakan proses pengarahan dan pengendalian kehidupan dalam organisasi social.
Setiap teori mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi apabila teori sudah tidak relevan dan kurang berfungsi ladi untuk mengatasi masalah.

Tingkatan dan Fokus Teori
Numan (2003) mengemukakan tingkatn teori (level of teory) menjadi tiga yaitu : micro, messo, dan macro. Micro level theory : small slices of time, space, or a number of people. The concept are usually not very abstract. Messo level theory : attempts to links macro and micro levels or operate at an intermediate level. Contoh teori organisasi dan gerakan social, ataukomunitas tertentu. Macro level theoru : concerns the operation of larger aggregates such as social institutions, entire culture systems, and whole societies. It uses more concept thar are abstract.
Selanjutnya focus teori dibedakan menjadi tiga yaitu : teori subtantif, teori formal, dan middle range theory. Subtantive theory is developed for a specific area of social concern, such as delinquent gangs, strikes, diforce , or ras relation. Formal theory is developed for a broad conceptual area in general theory, such as deviance : socialization or power. Midle range theory are slightly more abstract than empirical generalization or specific hypothese. Midle range theories can be formal or substantive. Midle range theory is principally used in sociology to guide empirical inquiry.
Teori yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori subtantif, karena teori ini lebih focus berlaku untuk objek yang akan diteliti.

Kegunaan Teori dalam Penelitian
Cooper dan Schindler (2003), menyatakan bahwa kegunaan teori dalam penelitian adalah :
1. Theory narrows the range of fact we need to study
2. Theory suggest which research approaches are likely to yield the greatest meaning.
3. Theory suggest a system for research to impose on data in order to classify them in the most meaningful way
4. Theory summaries what is known about object of study and states the uniformities that be beyond immediate observation
5. Theory can used to predict further fact that should be found

William Wiersma (1986) menjelaskan bahwa penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam peneltian kuantitatif, teori yang digunakan harus lebih jelas, karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hodpotesis dan sebagai referensi untuk menyusun instrument penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.
Pohon teori-teori sangat luas dan dapat disusun ke dalam pohon teori pendidikan seperti yang ditunjukkan di bawah ini. Akar ilmu pendidikan dikembangkan dari ilmu-ilmuj tingkah laku, biologi, fisiologi, psikologi, sosiologi, antropologi, dan ekonomi. Selain itu juga dikembangkan dari pengalaman empiris praktek pendidikan sekolah dan luar sekolah. Cita-cita hidup, agama, hokum, konstitusi, sejarah dan adat istiadat juga digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan ilmu pendidikan.
Teori-teori pendidikan dapat dibagi menjadi teori umum pendidikan dan teori khusus pendidikan. Teori umum pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat-filsafat pendidikan dan ausland pedagogic (studi pendidikan luar negeri). Filsafat-filsafat pendidikan dapat dibagi menjadi filsafat ilmu pendidikan dan filsafat praktek pendidikan. Filsafat praktek pendidikan dapat dibagi menadi social pendidikan, filsafat proses pendidikan. Filsafat proses pendidikan dapat dibagi manjadi filsafat pendidikan klasik dan filsafat pendidikan modern.


Gambar 1: Pohon teori pendidikan
Selanjutnya Redjo Mudyahardjo (2002) mengemukakan bahwa teori pendidikan adalan sebuah system konsep yang terpadu, emnerangkan dan prediktif tentang peristiwa-peristiwa pendidikan. Sebuah teori ada yang berperan sebagai asumsi atau titik tolak pemikiran pendidikan, dan ada pula yang berperan sebagai definisi atau keterangan yang menyatakan makna. Asumsi pokok pendidikan adalah :
1. Pendidikan adalah actual, artinya pendidikan bermula dari kondisi-kondisi actual dari individu yang belajar dan lingkungan belajaranya
2. Pendidikan adalah normative, artinya pendidikan tertuju pada mencapai hal-hal yang baik atau norma-norma yang baik.
3. Pendidikan adalah suatu proses pencapaian tujuan, artinya pendidikan berupa serangkaian kegiatan yang bermula dari kondisi-kondisi aktul dari individu yang belajar, tertuju pada pencapaian individu yang diharapkan.

Dalam kaitannya dengan kegiatan peneltiain, maka fungsi teori yang pertama digunakan untuk memperjelas dan mempertajam ruang lingkup, atau konstruk variable yang akan diteliti. Fungsi teori yang kedua adalah (prediksi dan pemandu untuk menemukan fakta) adalah untuk merumuskan hipotesa dan menyusun instrument penelitian, karena pada dasarnya hipotesa itu merupakan pernyataan yang bersifat prediktif. Selanjutnya fungsi teori yang ke 3 adalah digunakan untuk mencandra dan membahas hasil penelitian, sehingga selanjutnya digunakan untuk memberikan saran dalam upya pemecahan masalah.

DAFTAR PUSTAKA
Suharsimi Arikunto, Prof.DR., Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Lexy J. Moleleing, Dr. M.A., Metodotologi Penelelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1997
Soewarno, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisis Data, Penerbit NOVA, Bandung, 1995
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, 2005, Metode Penelitian
Kuantitatif: Teori dan Aplikasi, Jakarta: P.T. Radjagrafindo Persada.
Sugiyono (2008), Metode Penelitian Pendidikan suatu Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Penerbit Tarsito , bandung, 2008.